DEAR MY DIARY
Banyak cara orang untuk
mengenang
orang yang kita cintai
ketika dia tiada
salah satunya dengan
NYEKAR
di kuburan sebelum
ramadhan
TAPI AKU BEDA
Kalau ibuku beda
Harus datang ke makam
bapakku
Beli kembang
Bayar yang bersihin
kuburan
Dan baca surat Yasin
Aku beda
Karena aku tidak pernah
punya uang banyak
Cara nyekar itu ribet
Dan aku tidak suka
Caraku untuk mengenang
bapakku
Aku cukup mengenang momen
penting
Yang pernah bapakku
lakukan
Waktu aku kecil
Kelas dua SD
Setelah selesai makan
Di warung pojok stasiun
Pasar Turi
Pulang naik motor
Melewati jalan Raden
Saleh
Antara perempatan Stasiun
Pasar Turi
Hingga perempatan Koblen
Bubutan
Karena impian anak kecil
Mengendarai kendaraan
kelihatan mudah
Aku digonceng di depan
Berusaha mengambil alih
menyetir
Merebut dari tangan
bapakku
Ternyata tidak mudah
Terasa berat sehingga
oleng
Untung tidak jatuh
Tapi bapakku tidak pernah
marah
Apalagi main tangan
Seumur hidup hanya satu
kali
Bapakku memukul mukaku
Gara gara berebut mie
ayam
Dengan adik kandungku
Untuk mengenang peristiwa
itu
Setiap aku pulang dari
manapun
Aku ingin lewat jalan
Raden Saleh
Di perempatan stasiun
Pasar Turi
Aku membuka helm
Tangan kiri memengang
helm
Menyetir hanya tangan
kanan
Berjalan pelan naik motor
Menghirup udara jalan
Raden Saleh
Dan aku merasakan aura
bapakku
Yang sudah meninggal
masih ada di sana
Mendekati Polsek Bubutan
Segera aku pake helm kembali
Karena takut ditilang
oleh pak Polisi
Ini caraku mengenang
Bagaimana dengan caramu?
Surabaya, 24 Juni 2014
Ikuti ceritaku
selengkapnya di BLOG:
Cak handoko ludruk
Buku harian dwi handoko
Masa kecil dwi handoko
Masa sekolah dwi handoko
Handoko janoko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar